Ramainya Ajakan Boikot Piala Dunia 2026, Ada Apa?

Presiden FIFA tidak berani memberikan sangsi kepada Israel.
Sumber gambar: INews


Mataram, fulusisme.com -Menjelang pelaksanaan Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, muncul gelombang seruan boikot dari berbagai negara. Isu yang semula dianggap “sekadar politik sepak bola” kini berkembang menjadi perdebatan moral global, apakah olahraga benar-benar bisa netral di tengah tragedi kemanusiaan. Sabtu, 04 Oktober 2025.



Spanyol di Garda Terdepan Boikot


Spanyol menjadi negara yang paling lantang menyuarakan kemungkinan menarik diri dari Piala Dunia 2026 jika Israel tetap diizinkan tampil.

Tokoh politik Spanyol dari Partai Pekerja Sosialis, Patxi López, menegaskan bahwa negaranya tak bisa diam menyaksikan penderitaan di Gaza.


“Kami tidak bisa pura-pura tidak melihat. Ketika anak-anak terbunuh, tidak ada yang bisa disebut netral,” ujar López dikutip dari Detik.com dan Al Mayadeen English (3 Oktober 2025).



Menurut López, olahraga tak boleh menjadi panggung normalisasi terhadap kekerasan. Ia menegaskan bahwa Piala Dunia seharusnya menjadi simbol perdamaian, bukan pembenaran terhadap pelanggaran hak asasi manusia.



Italia dan Dilema Moral


Sementara itu, di Italia, perdebatan juga menghangat. Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Gabriele Gravina, memperingatkan bahwa memboikot pertandingan melawan Israel di babak kualifikasi bisa berdampak fatal bagi Italia secara administratif.


“Boikot bukan solusi di dunia olahraga. Itu bisa menguntungkan pihak lawan secara teknis,” ujarnya dikutip Football Italia (2 Oktober 2025).



Namun, di tengah kekhawatiran itu, sejumlah suara publik Italia justru mendesak pemerintah untuk mengambil sikap moral yang tegas. Mereka menilai, “lebih baik kalah di turnamen, daripada kalah dalam kemanusiaan.”



Sikap Amerika Serikat, Tegas Bela Israel


Sebagai tuan rumah utama Piala Dunia 2026, Amerika Serikat menolak keras wacana boikot terhadap Israel. Pemerintah AS menyatakan akan menentang segala bentuk larangan terhadap partisipasi Israel dalam turnamen tersebut.


Menurut laporan AA News Agency (1 Oktober 2025), Washington menilai bahwa “politik tidak boleh mencampuri olahraga,” dan menegaskan akan “melindungi partisipasi Israel dari segala tekanan diplomatik.”



Olahraga, Politik, dan Nurani Global


Sejumlah pengamat internasional menyebut fenomena ini sebagai ujian bagi dunia olahraga modern.

Menurut laporan Bursa.ro, wacana boikot ini mengingatkan publik pada kebijakan FIFA yang melarang Rusia mengikuti berbagai ajang olahraga setelah invasi ke Ukraina.


“Jika Rusia bisa dikeluarkan karena perang, mengapa Israel tidak?” tulis media tersebut dalam editorialnya.



Bagi para aktivis kemanusiaan, pertanyaan itu bukan hanya soal keadilan, tapi juga soal konsistensi moral dunia internasional.



Dunia di Persimpangan


Isu boikot ini memperlihatkan bahwa Piala Dunia 2026 bukan hanya ajang olahraga, tetapi juga cermin bagi hati nurani manusia.

Sebagian pihak menilai olahraga harus steril dari politik, sementara yang lain percaya bahwa diam di tengah ketidakadilan adalah bentuk keberpihakan paling berbahaya.



Pertandingan yang Sesungguhnya


Piala Dunia 2026 mungkin masih berbulan-bulan lagi. Namun, satu pertandingan besar sudah dimulai, pertandingan antara kepentingan dan kemanusiaan.

Dan kali ini, tak ada stadion, tak ada wasit, tak ada skor akhir.

Yang dipertaruhkan adalah hati nurani dunia.


“Tidak ada kemenangan sejati yang lahir dari penderitaan orang lain.”



Dilansir dari: 

Detik.com (3/10/2025); Al Mayadeen English (2/10/2025); Football Italia (2/10/2025); AA News Agency (1/10/2025); Bursa.ro (1/10/2025).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama